Wacana Ilmiah
Merupakan sebuah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan, yang dikomunikasikan lewat bahasan tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan sintesis analitis.
Pemanfaatan wacana ini dapat membantu pembacannya menerima informasi dengan suguhan yang telah disediakan secara formal.wacana ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Contoh: makalah, laporan tesis, skripsi, dan disertasi.
Contoh Wacana Ilmiah :
Dampak Globalisasi terhadap Pendidikan
PENDAHULUAN
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam bidang pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri.
` Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh untuk dapat menikmati program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah air diperlukan dana lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang.
Wacana Semi Ilmiah
Wacana Semi ilmiah adalah suatu penulisan yang tidak terikat Bahasa Indonesia baku lisan, sehingga berkemungkinan besar terjadinya penghilangan kalimat. Tapi tidak mengurangi ciri bakunya, namun pemilihan kata dan bentuk kata beserta kelengkapan unsur-unsur di didalam struktur kalimat mempengaruhi dalam memahami makna gagasan. Contoh dari wacana semi ilmiah berupa aritkel, editorial.
Contoh Wacana semi ilmiah dari suatu editorial :
Ide Susi tenggelamkan kapal pencuri ternyata Wajib
TEMPO.CO, Jakarta : Mantan Direktur Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikana, Adji Sularso, setuju dengan ide penenggalaman kapal asing pencuri ikan. Malah, ia menilai, langkah itu tepat dan wajib dilakukan pemerintah.
"Berdasarkan Pasal 69 UU Perikanan Nomor 45 Tahun 2009, dalam kondisi tertentu diperbolehkan memusnahkan kapal asing ilegal apabila ditemukan bukti awal yang kuat, " kata dia kepada Tempo, Kamis , 20 November 2014 . Penenggelaman kapal itu merupakan ide menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Menurut Adji, penenggelaman kapal pencuri seharusnya dilakukan sejak dulu. Kini, tampak luar biasa karena jarang dilakukan. Ia menyebutkan, tak cuma di Indonesia, Australia pun melakukan hal serupa. Kapal-kapal nelayan Indonesia yang tertangkap melintas batas regional, dibakar. Pemerintah Indonesia tak pernah memperotes. "Sepanjang anak buak kapal (ABK) selamat, tak akan diperoter."
Kapal-kapal nelayan yang dimusnahkan tersebut memang tak terdaftar alias bodong. Berdasarkan Hukum Laut Internasional --yang diatur dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kelautan-- penangkapan hanya dapat dilakukan terhadap kapal yang memiliki izin. Antar kedua negara pun harus ada perjanjian bilateral tentang teritori laut.
TNI, menurut Adjie, memiliki kedaulatan penuh untuk menindak tegas kapal-kapal pelintas tak berizin. Menurut dia, dengan anggaran tahun 2014-2019 yang hampir mencapai Rp 1 triliun dan armada kapal hampir 200 unit, mestinya tak ada kendala. "Hanya tinggal kemauan saja."
Wacana Non Ilmiah
Wacana non ilmiah merupakan karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-Ciri karangan non ilmiah:
a. Ditulis berdasarkan fakta pribadi
b. Fakta yang disimpulkan subyektif.
c. Gaya bahasa konotatif dan populer.
d. tidak memuat hipotesis.
e. Penyajian dibarengi dengan sejarah.
f. Bersifat imajinatif.
g. Situasi di dramatisir
h. Bersifat persuasif.
Contoh dari wacana ilmiah merupaka Dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman. Berikut merupakan contoh wacana non-ilmiah yaitu cerpen.
Bias Asa Nadia
Melelahkan. Sudah lama aku tidak beres-beres kamar tidur. Akhirnya setelah melewati bulan-bulan yang sibuk aku bisa menikmati sejenak hari libur. Setelah dua hari kemarin dihabiskan berlibur bersama teman-teman sekantor, kini aku hanya ingin di rumah dan di rumah. Tidur sepuasnya sesekali memanjakan diri.
Pandanganku tertumbuk pada sebuah kotak kaleng biskuit segi empat yang selalu kusimpan di rak lemari dekat laci tempat menyimpan perhiasan dan surat-surat berharga seperti ijazah, piagam-piagam penghargaan, atau sertifikat-sertifikat penting lainya.
Rasa perih tiba-tiba menghujam hati tiap melihat kotak kenangan itu. Ya kotak yang menyimpan sejuta kenangan tentang cinta, tentang perasaaan, tentang persahabatan, tentang seorang kekasih hati, dan tentang sebuah perpisahan. Ingatanku dibawanya melayang mengingat kisah jalinan cinta pertamaku denganya delapan tahun silam.
Waktu itu kami masih sama-sama duduk di bangku SMP. Aku dan dia selalu satu kelas sejak masih TK karena rumah kami hanya terpisah beberapa rumah. Kami biasa berangkat dan pulang sekolah bersama berjalan kaki. Ya berjalan kaki bersama beberapa anak sebaya kami karena sekolah kami hanya beberapa blok dari komplek perumahan.
Aldi Yoga Pratama. Dialah cinta pertamaku. Sosok yang ideal bagiku. Sejak masih di sekolah dasar dia sudah menunjukkan diri sebagai siswa yang berprestasi. Dia bukan anak nakal karena ayahnya adalah seorang da’i. Aku pun dan belasan anak-anak komplek lainya juga belajar agama dari beliau di TPA.
Dia sudah kuanggap bak superhero karena beberapa kali ia sampai berantem dengan anak-anak jalanan yang menggangguku. Puncak kebahagiaanku adalah ketika Aldi menyatakan perasaanya padaku di bangku taman komplek perumahan tempat tinggal kami.
Waktu itu aku masih begitu lugu dan masih belum mengerti apa-apa tentang cinta. Maka ketika itu aku dengan senang hati mengiyakan permintaanya padaku untuk jadi pacarnya karena memang aku juga memilik perasaan yang sama. Dan dapat ditebak. Hari-hari setelah itu adalah hari-hari yang membahagiakan untukku.
Tiada hari tanpa memikirkanya. Namun bukan berarti membuatku tak enak makan dan tidur pun tak nyenyak. Bahkan sebaliknya, setelah kami mengikrarkan diri menjadi sepasang dua sejoli semangat dan gelora hidupku kian membara.
Hal yang aku nantikan sejak lama meskipun aku sendiri juga tak tahu kapan perasaan cinta itu ada. Mungkin benar kata pepatah bahwa “alah bisa karena terbiasa” begitu pun dengan perasasn cinta. Mungkin ia tumbuh karena faktor kebersamaan kami sebagai sahabat dan karena faktor kedekatan keluarga kami.
Hal yang tak pernah bisa kita tolak adalah perpisahan. Begitupun dengan hubungan kami. Saat kenaikan kelas tiga aku harus menerima kenyataan pahit. Aldi dan keluarganya pindah ke Magelang setelah ayahnya pensiun dari masa jabatanya.
“Nadia… sebenarnya kakak juga gak mau pisah sama adek tapi kakak juga gak mungkin tinggal jauh dari keluarga. Jika kita berjodoh kakak yakin suatu saat kita pasti akan bertemu.”
Saat itu aku hanya meneteskan air mata ketika mendiskusikan masalah kelanjutan hubungan kami. Di hari terakhirnya saat ia berpamitan padaku, aku hanya mampu menahan kesedihan yang teramat dalam. Seolah aku merasa tak akan pernah bertemu lagi. Dia memberiku sebuah diary dan aku pun memberinya hal yang sama. Buku diary itu berisi catatan-catatan perasaan kami.
Dan diary itu masih kusimpan rapi bersama beberapa surat-surat cintanya, dan hadiah-hadiah pernak-pernik lucu tokoh-tokoh kartun favoritku setiap hari ulang tahunku darinya.
Aku kembali meneteskan air mata. Andai waktu bisa diputar kembali aku menginginkan kebersamaan itu lagi.
Jakarta, 9 September 2008
Semburat merah jingga mulai terbias di cakrawala senja. Setiap habis pulang kerja aku selalu menyempatkan merawat bunga-bunga anggrek kesayanganku yang tengah berbunga dengan cantiknya. Capek dan penat setelah seharian bekerja di kantor serasa hilang.
Bi Ijah pembantu di rumah kami tergopoh-gopoh menghampiriku di kebun belakang.
“Ada apa mbok…?” Tampak sumringah sekali wajah Bi Ijah yang sudah lima belas tahun lebih bekerja di rumah kami. “Itu non ada nak Aldi dan keluarganya datang.”
Aku kaget bukan main. Ini mimpi ataukah nyata? Benarkah dia datang kembali untukku? Aku mengikuti langkah bi Ijah menuju ruang tamu. Seketika aku seolah tak percaya bisa melihat kembali orang yang sangat kucintai dulu.
“Kak Aldi…”
Bintang-bintang bertaburan di langit malam menemani sang rembulan yang tersenyum menyapa.
Aku berjalan berdampingan dengan Najwa Maulida adik perempuanya yang sudah duduk di bangku kuliah menuju ke masjid Al-Hidayah yang tak jauh dari rumah kami. Ayah, Aldi dan Pak Mansyur ayahnya Aldi berjalan di depan kami
Hatiku bergetar ketika ia mengumandangkan azanisya’ di masjid yang tak jauh dari komplek perumahan. Sudah lama aku tak mendengar keindahan suara saat ia melantunkan adzan. Seketika hatiku gerimis dan tak terasa air mataku mengalir perlahan, “Akankah engkau masih mencintaiku Kak?”
—
Entah mimpi apa semalam karena malam itu aku seolah menjadi wanita paling bahagia sedunia. Kini aku telah resmi mempunyai seorang pendamping hidup yang benar-benar kudambakan. Yah dia datang bersama keluarganya untuk melamarku.
Serasa bagai mimpi tapi ini nyata. Dia kembali untukku. Dia tidak hanya saja masih mencintaiku tapi dia menjadikanku pendamping hidupnya.
“Dek…”
Aku tersenyum ketika ia memanggilku. Entah kenapa saat itu aku berharap kata-kata cinta keluar dari bibirnya. “Sebelum tidur jangan lupa cuci kaki ya!”
Aku pura-pura marah dan mencubit lenganya. “Sakit tahu…”
“Syukurin…!!”
“Kak…”
Aku memberanikan diri memanggilnya ketika ia dan keluarganya hendak pamit untuk kembali ke rumahnya yang dulu. Yang hanya terpisah beberapa rumah dari rumahku. Sebenarnya aku masih ingin mengobrol banyak denganya, tapi ya sudahlah kini penantian panjangku terjawab sudah. Alhamdulillah ya Allah.
Kulihat calon suamiku hanya tersenyum.
Selesai.